Mereka diterima Dirjen Pendidikan Islam Kementerian
Agama Prof. Dr. Mohammad Ali di kantor Kementerian Agama, Jakarta,
Selasa (8/11). Dirjen Pendis sangat mengapresiasi keberhasilan tersebut,
selain menjanjikan perbaikan fasilitas pendidikan di pesantren, ia juga
menjanjikan akan memberikan tiket khusus pada siswa peraih medali untuk
bisa memilih perguruan tinggi yang dipilih mereka kelak. tanpa harus
mengikuti test masuk PTN tersebut.
Dirjen juga berharap, para santri terus memacu
prestasi sehingga memberi manfaat yang luas bagi masyarakat, bangsa dan
negara. "Ini sebagai tiket jaminan masuk perguruan tinggi," ujarnya
seraya meminta agar para siswa memberikan fotocopy sertifikat
penghargaan dari panitia lomba kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama.
Adapun mereka yang menyabet medali perunggu dari
tingkat pendidikan Madrasah Tsanawiyah dan juga tingkat Aliyah. Empat
santri dari MTs dan dua berasal dari santri madrasah Aliyah, satu medali
perunggu juga diperoleh dari tim matematika Aliyah.
Menurut Kepala Madrasah Aliyah Darul Ulum Zainuddin
Syarif, pihaknya mengirim dua siswa, untuk lomba matematika di Beijing,
keduanya menyabet medali perunggu. Sedangkan Kepala MTs Bustanul Ulum,
Nokman Affandi mengirim lima siswanya ke lomba matematika internasional
tersebut, tiga siswanya untuk mengikuti lomba di Cina dan 2 siswanya ke
India.
Menurut Ahmad Faisal, ketua pembina lomba dari Erick
Institut, dalam lomba yang dilaksanakan 2 s.d. 6 Nopember 2011 kemarin,
peserta Indonesia harus bersaing dengan banyak negara termasuk dari
Amerika Serikat, Cina, Korea Selatan, dan Malaysia.
Faisal yang akrab dipanggil Erick juga menyebutkan
latar belakang para santri itu bukanlah berasal dari kalangan kaum
berada dan seleksi serta pembinaannyapun tidak membutuhkan waktu khusus,
setelah diseleksi dari sekolah masing-masing, mereka lalu dibina setiap
minggu sambil diseleksi kembali.
Siswa yang dinilai memiliki kelebihan, sebelum
diberangkatkan, siswa lalu memasuki pendidikan khusus/karantina selama
dua bulan dan dibina setiap hari, kecuali hari Jumat karena di
pesantren, jumat merupakan hari libur.
"Jadi santri yang ikut bukan dari kalangan masyarakat
mampu yang didukung oleh gizi yang baik serta fasilitas yang cukup,
mereka dari kalangan masyarakat kebanyakan dengan ekonomi terbatas,"
ujar Faisal. Seraya menyebutkan keberhasilan mereka tak lepas dari
banyaknya dorongan doa dari kalangan pesantren sendiri.
Faisal juga mengatakan, Pesantren Bustanul Ulum,
Tagangser Laok Waru, Pamekasan, juga berhasil meloloskan dua santrinya
untuk mengikuti Kompetisi Matematika Internasional WIZARD at
Mathematics International Competition (WIZMIC) 2011 di Lucknow, India
pada 21 s.d. 24 Oktober 2011. Kedua santri berprestasi itu adalah
Nabiyah dan Erik Sugistiono, Nabiyah memperoleh medali perunggu.(ks)
sumber : www.kemenag.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar