Akreditasi Kita (A)
Puncak atau awal?
Usaha MA Ma’arif Balong Ponorogo untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada anak bangsa yang berasal dari sekitar kecamatan Balong telah mendapatkan apresiasi dan pengakuan dari pemerintah, khususnya Badan Standar Nasional Pendidikan. Bukti tersebut adalah dengan telah terbitnya SK Akreditasi pendidikan yang telah memberikan predikat kepada MA kita ini dengan status akreditas “A”. Bukan suatu pencapaian yang mudah, karena Akreditasi A mensyaratkan perolehan skor dari 160 butir terkait delapan standar nasional pendidikan mencapai rentang skor nilai antara 85 sampai dengan 100.
Perolehan ini seakan-akan telah menjadi oase dari perjuangan tanpa kenal lelah, serta pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, dan financial dari seluruh stake holder, baik pengurus, dewan guru, siswa dan partisipasi masyarakat. Terbayar sudah pengorbanan siswa yang setiap hari harus pulang jam 15.00 WIB untuk mengikuti mata pelajaran tambahan, ketrampilan, dan ekstra kurikuler. Lunas sudah pengorbanan para tenaga pendidik dan pembimbing kegiatan yang harus sering pulang sore, sering lembur hingga larut malam, dan mengorbankan hari libur minggunya untuk beberapa kegiatan di madrasah.
Perolehan status akreditasi A merupakan berkah dan jawaban doa serta harapan seluruh warga madrasah untuk memiliki madrasah yang berkualitas, punya daya saing, dan mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang berkompeten. Hal ini wajib kita syukuri sebagai anugerah dan nikmat yang tak terhingga dari Allah SWT. Disamping juga harus kita rayakan dengan suka cita.
Lalu, yang menjadikan pertanyaan selanjutnya adalah: Apakah perolehan ini merupakan pencapaian puncak dan klimaks dari usaha-usaha pemberian pelayanan pendidikan kita? Ataukah pencapaian ini sebenarnya merupakan awal dari langkah kita untuk menjadi madrasah yang ideal yang didambakan semua pihak?
Kedua pilihan jawaban di atas mempunyai implikasi yang sangat besar dan sangat bertolak belakang. Pilihan pertam menganggap pencapaian ini sebagai klimaks punya implikasi tidak ada lagi yang harus diperbaiki dan ditingkatkan. Toh kita sudah mencapai batas tertinggi dan ideal yang bias kita capai. Tahapan berikutnya dari klimaks ini adalah anti klimaks, dimana kita akan menuju kea rah penurunan dan kemunduran hingga kepada titik nadir. Hal ini jelas tidak kita inginkan bersama.
Pilihan jawaban kedua dimana menganggap pencapaian ini sebagai awal dari usaha-usaha kita menyempurnakan pelayanan pendidikan kea rah yang lebih baik dan ideal sebagaimana yang diamanatkan agama kita, Negara, bangsa dan masyarakat kita. Jika kita banding-bandingkan antara pencapaian ini dengan harapan semua pihak, ternyata masih ada kesenjangan yang sangat lebar. Kita masih jauh panggang dari api, masih ada kesenjangan yang sangat jauh antara Das Sein dan Das Solen; antara fakta dan idealita.
Perolehan Akreditasi A merupakan awal kita mencapai status akreditasi yang lebih baik di masa mendatang. Di depan sana , kita tetap harus berjuang untuk mencapai nilai skor A bulat. Lebih jauh di depan sana , kita harus terus memperjuangkan status sekolah berstandar Nasional atau bahkan Internasional.
Kita yakin, semua pembaca akan bersepakat dengan pilihan jawaban kedua, karena lebih optimistis, lebih memotivasi, dan lebih mendorong kita menuju ke jalan kesempurnaan. Pilihan ini jelas menuntut tanggungjawab yang lebih besar, karena orang dewasa adalah yang mampu bertanggungjawab atas pilihan-pilihan yang telah dipilihnya.
Kedepan kita dituntut perjuangan yang lebih besar, usaha yang lebih keras, dan perngorbanan yang lebih berat. Beberapa program perbaikan dan percepatan harus segera dipikirkan dan dirumuskan. Tentu hal itu harus tetap sejalan dengan visi, misi, dan tujuan madrasah, dengan tanpa mengesampingkan harapan-harapan para stake holder dan masyarakat.
Program-program tersebut nantinya harus kita laksanakan sebaik-baiknya. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah program-program itu harus kita jaga, kita kawal, kita monitoring dan kita evaluasi bersama-sama sehingga akan menjadi program yang benar-benar menghantarkan kita kepada idealita yang kita idam-idamkan bersama. Insya Allah…. (syam)
MASA ORIENTASI SISWA YANG TIDAK BIASA
MASA ORIENTASI SISWA YANG TIDAK BIASA
MOS tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Lebih kreatif, inovatif, dan menyenangkan,” begitulah yang diungkapkan oleh Waka Kesiswaan MA Ma’arif Balong, Bustanul Arifin, S.Pd. di sela-sela rangkaian acara MOS Siswa Baru MA Ma’arif Balong Ponorogo kemarin.
Apa yang diungkapkan Waka Kesiswaan tersebut tidaklah berlebihan, karena pelaksanaan MOS tahun 2010/2011 sengaja dibuat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Ada beberapa kegiatan baru, seperti pelatihan kewirausahaan, seminar tentang Kesehatan Reproduksi Remaja, SImulasi Tanggap Darurat Bencana Alam, seminar tentang Narkoba dan kenakalan remaja, dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut menambah kegiatan MOS tahun sebelumnya, seperti Profil dan Sejarah MA Ma’arif Balong, Wawasan Wiyata Mandala, Cara Belajar Efektif, Cara Baca Al-Qur’an yang baik dan benar, ceramah keagamaan, dan lain sebagainya.
Alasan utama ditambahkannya beberapa kegiatan baru tersebut selain sebagai ajang penelusuran bakat dan minat siswa dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, juga agar kegiatan MOS tidak monoton dan menjemukan.
Kegiatan MOS seperti ini jelas lebih posiitif daripada kegiatan perploncoan yang mengandung kekerasan, sebagaimana yang terjadi di kampus-kampus yang pernah marak diberitakan di media massa. Contohnya, kampus STPDN yang belakangan berganti menjadi IPDN. Kegiatan perploncoan dengan kekerasan seperti itu akan menimbulkan korban, baik secara fisik maupun mental, sesuatu yang seharusnya dihindari di dalam dunia pendidikan. “Kami menghindari acara-acara berbau kekerasan di madrasah kami, begitu ungkapan Waka Kesiswaan.
Kegiatan MOS seperti yang dilaksanakan di MA Ma’arif Balong adalah sebagai jawaban dari himbauan dari berbagai pihak, baik dari pakar pendidikan, birokrasi pemerintah, politisi, dan para ahli hokum. Himbauan mereka, yang nota bene punya perhatian yang yang sangat besar terhadap pembangunan karakter bangsa melalui dunia pendidikan, hendaklah kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) atau apa pun istilahnya, agar menghindari cara-cara kekerasan fisik.
Kegiatan MOS di MA Ma’arif Balong ini yang diikuti oleh para siswa baru yang berjumlah 62 orang, baik siswa putera maupun siswa puteri, ternyata berhasil. Semua peserta antusias dan mengikutinya dengan penuh ketekunan.